Selasa, 13 Oktober 2020
FORUM HONORER MAHKAMAH AGUNG RI: DILEMA HONORER/PPNPN MAHKAMAH AGUNG RI
DENGKI
Ada seorang lelaki yang setiap hari mengunjungi raja. Setelah bertemu raja, ia selalu berkata, "Orang yang berbuat baik akan mendapat balasan, dan orang yang berbuat buruk, cukup keburukan itu sebagai balasannya."
Ada
seseorang yang dengki melihat keakraban lelaki itu dengan raja. "Lelaki
itu memiliki kedudukan yang dekat dengan raja, setiap hari ia bertemu
raja," pikir si pendengki dengan perasaan kurang senang. Si pendengki
kemudian menemui raja dan berkata, "Lelaki yang setiap hari menemuimu,
jika keluar dari sini selalu berbicara buruk tentang kamu. Ia juga berkata
bahwa bau mulutmu busuk." Raja terdiam.
Sekeluarnya dari kerajaan, pendengki duduk di tepi
jalan yang biasa dilalui oleh lelaki yang akrab dengan raja. Ketika si lelaki
itu lewat dalam perjalanannya menemui raja. Ia menghadangnya, "Kemarilah,
singgahlah ke rumahku."
Setelah temannya singgah ke rumahnya, si pendengki
menawarkan bawang merah dan putih, dan memaksanya agar ia memakannya. Karena
dipaksa, ia akhirnya mau juga memakannya untuk melegakan hati orang itu. Bau
bawang merah dan putih itu tentu tidak mudah hilang.
Selesai berkunjung ke tempat si pendengki, lelaki
itu sebagaimana biasa mengunjungi raja. Sewaktu berjabatan tangan dengan raja,
ia menutup mulutnya agar raja tidak mencium bau mulutnya.
"Rupanya benar perkataan orang itu, ia
benar-benar menganggap mulutku bau," pikir raja. Sang raja kemudian
memikirkan suatu rencana jahat.
Lelaki itu kemudian duduk dan berkata sebagaimana
biasa, "Orang yang berbuat baik akan mendapat balasan, dan orang yang
berbuat buruk, cukup keburukan itu sebagai balasannya."
Setelah merasa waktu berkunjungnya sudah cukup, ia
kemudian pamit kepada raja. Raja berkata, "Bawalah surat ini dan
serahkanlah kepada fulan." Surat itu berisi, "Jika sampai kepadamu
pembawa surat ini, maka sembelih dan kulitilah dia, kemudian isilah tubuhnya
dengan jerami."
Lelaki tadi keluar membawa surat raja. Di tengah
jalan ia dihadang oleh si pendengki.
"Apa yang kamu bawa?" tanyanya.
"Surat raja untuk fulan. Surat ini beliau
tulis dengan tangannya sendiri. Biasanya beliau tidak pernah menulis surat
sendiri, kecuali dalam urusan pembagian hadiah.".
"Berikanlah surat itu kepadaku, aku ini sedang
butuh uang," pintanya. Ia kemudian menceritakan kesulitan hidupnya. Karena
kasihan, surat itu kemudian ia serahkan kepada si pendengki.
Si Pendengki menerimanya dengan senang hati.
Setelah sampai di tempat tujuan, ia menyerahkan surat itu kepada teman raja.
"Masuklah ke sini, raja menyuruhku
membunuhmu," kata teman raja.
"Yang dimaksud bukan aku, coba tunggulah
sebentar biar kujelaskan," katanya ketakutan.
"Perintah raja tak bisa ditunda," kata
teman raja.
Ia lalu membunuh, menguliti dan mengisi tubuh si
pendengki dengan jerami.
Keesokan harinya, lelaki itu datang sebagaimana
biasa dan berkata, "Orang yang berbuat baik akan mendapat balasan, dan
orang yang berbuat buruk, cukup keburukan itu sebagai balasannya." Raja
heran melihatnya masih hidup. Setelah diselidiki, terbongkarlah keburukan si
pendengki.
"Tidak ada sesuatu yang terjadi antara aku
dengannya, hanya saja kemarin ia mengundangku kerumahnya dan memaksaku makan
bawang merah dan putih. Waktu aku menemuimu kututup mulutku agar kamu tidak
mencium bau tidak sedap dari mulutku. Sekeluarnya dari sini, ia menemuiku dan
menanyakan titipanmu," lelaki itu kemudian menceritakan semua yang terjadi.
Mendengar jalannya cerita, tahulah raja bahwa orang
itu ternyata dengki kepada sahabatnya. "Benar ucapanmu, orang yang berbuat
baik akan mendapat balasan, dan orang yang berbuat buruk, cukup keburukan itu
sebagai balasannya."
Kedengkian di hati orang itu telah membunuh dirinya
sendiri. Dengki itu merusak amal Dengki memakan kebaikan seperti api
memusnahkan kayu bakar. (HR Ibnu Majah) Kedengkian seseorang hanya akan
berakibat buruk bagi orang itu sendiri.
Habib
Muhammad bin Hadi bin Hasan bin Abdurrahman Asseqaf, Tuhfatul Asyraf, Kisah dan
Hikmah.
Nabi Musa Dan Seorang Pezina
Pada suatu senja yang lenggang, terlihat seorang wanita berjalan terhuyung-huyung. Pakaiannya yang serba hitam menandakan bahwa ia berada dalam dukacita yang mencekam. Kerudungnya menangkup rapat hampir seluruh wajahnya. Tanpa hias muka atau perhiasan menempel di tubuhnya. Kulit yang bersih, badan yang ramping dan roman mukanya yang ayu, tidak dapat menghapus kesan kepedihan yang tengah meruyak hidupnya. Ia melangkah terseret-seret mendekati kediaman rumah Nabi Musa a.s. Diketuknya pintu pelan- pelan sambil mengucapkan uluk salam. Maka terdengarlah ucapan dari dalam "Silakan masuk".
Perempuan cantik itu lalu berjalan masuk sambil
kepalanya terus merunduk. Air matanya
berderai tatkala ia Berkata, "Wahai Nabi Allah. Tolonglah saya. Doakan saya agar Tuhan berkenan mengampuni
dosa keji saya."
"Apakah dosamu wahai wanita ayu?" tanya
Nabi Musa a.s. terkejut.
"Saya takut mengatakannya."jawab wanita
cantik. "Katakanlah jangan ragu-ragu!" desak Nabi Musa.
Maka perempuan itupun terpatah bercerita,
"Saya... telah berzina.
"Kepala Nabi Musa terangkat,hatinya tersentak.
Perempuan itu meneruskan,
"Dari perzinaan itu saya pun...lantas hamil.
Setelah anak itu lahir,langsung saya... cekik lehernya sampai... tewas,"
ucap wanita itu seraya menangis sejadi-jadinya.
Nabi Musa berapi-api matanya. Dengan muka berang ia
mengherdik, "Perempuan bejad, enyah kamu dari sini! Agar siksa Allah tidak
jatuh ke dalam rumahku karena perbuatanmu. Pergi!"... teriak Nabi Musa
sambil memalingkan mata karena jijik.
Perempuan berwajah ayu dengan hati bagaikan kaca
membentur batu, hancur luluh segera bangkit dan melangkah surut. Dia
terantuk-antuk keluar dari dalam rumah Nabi Musa. Ratap tangisnya amat
memilukan.Ia tak tahu harus kemana lagi hendak mengadu. Bahkan ia tak tahu mau
dibawa kemana lagi kaki-kakinya. Bila seorang Nabi saja sudah menolaknya,
bagaimana pula manusia lain bakal menerimanya? Terbayang olehnya betapa besar
dosanya, betapa jahat perbuatannya. Ia tidak tahu bahwa sepeninggalnya,
Malaikat Jibril turun mendatangi Nabi Musa.
Sang Ruhul Amin Jibril lalu bertanya, "Mengapa
engkau menolak seorang wanita yang hendak bertaubat dari dosanya? Tidakkah
engkau tahu dosa yang lebih besar daripadanya?" Nabi Musa terperanjat.
"Dosa apakah yang lebih besar dari kekejian wanita pezina dan pembunuh
itu?" Maka Nabi Musa dengan penuh rasa ingin tahu bertanya kepada Jibril.
"Betulkah ada dosa yang lebih besar daripada perempuan yang nista
itu?"
"Ada!" jawab Jibril dengan tegas.
"Dosa apakah itu?" tanya Musa kian penasaran."Orang yang
meninggalkan sholat dengan sengaja dan tanpa menyesal.
Orang itu dosanya lebih besar dari pada seribu kali
berzina"
Mendengar penjelasan ini Nabi Musa kemudian
memanggil wanita tadi untuk menghadap kembali kepadanya. Ia mengangkat tangan
dengan khusuk untuk memohonkan ampunan kepada Allah untuk perempuan tersebut.
Nabi Musa menyedari, orang yang meninggalkan sembahyang dengan sengaja dan
tanpa penyesalan adalah sama saja seperti berpendapat bahwa sembahyang itu
tidak wajib dan tidak perlu atas dirinya. Berarti ia seakan-akan menganggap
remeh perintah Tuhan, bahkan seolah-olah menganggap Tuhan tidak punya hak untuk
mengatur dan memerintah hamba-Nya.
Sedang orang yang bertobat dan menyesali dosanya
dengan sungguh-sungguh berarti masih mempunyai iman di dadanya dan yakin bahwa
Allah itu berada di jalan ketaatan kepada-Nya. Itulah sebabnya Tuhan pasti mau
menerima kedatangannya.
(Dikutip
dari buku 30 kisah teladan - KH Abdurrahman Arroisy)
Dalam hadis Nabi SAW disebutkan : Orang yang
meninggalkan sholat lebih besar dosanya dibanding dengan orang yang membakar 70
buah Al-Qur'an, membunuh 70 nabi dan bersetubuh dengan ibunya di dalam Ka'bah.
Dalam hadis yang lain disebutkan bahwa orang yang meninggalkan sholat sehingga
terlewat waktu, kemudian ia mengqadanya, maka ia akan disiksa dalam neraka
selama satu huqub. Satu huqub adalah delapan puluh tahun. Satu tahun terdiri
dari 360 hari, sedangkan satu hari diakherat perbandingannya adalah seribu
tahun di dunia.
Demikianlah kisah Nabi Musa dan wanita penzina dan
dua hadis Nabi, mudah-mudahan menjadi pelajaran bagi kita dan timbul niat untuk
melaksanakan kewajiban sholat dengan istiqomah.
Subhanakallahumma
wabihamdika asyhadu allaa ilaaha illa anta, astaghfiruka wa atuubuilaiik.
Tinggalkan Khianat Mendapat Rahmat
Al-Qadhi Abu Bakar Muhammad bin Abdul Baqi bin Muhammad Al-Bazzar Al-Anshari berkata: "Dulu, aku pernah berada di Makkah semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala selalu menjaganya, suatu hari aku merasakan lapar yang sangat. Aku tidak mendapatkan sesuatu yang dapat menghilangkan laparku. Tiba-tiba aku menemukan sebuah kantong dari sutera yang diikat dengan kaos kaki yang terbuat dari sutera pula.
Aku memungutnya dan membawanya pulang ke rumah.
Ketika aku buka, aku dapatkan didalamnya sebuah kalung permata yang tak pernah
aku lihat sebelumnya. Aku lalu keluar dari rumah, dan saat itu ada seorang
bapak tua yang berteriak mencari kantongnya yang hilang sambil memegang kantong
kain yang berisi uang lima ratus dinar. Dia mengatakan, 'Ini adalah bagi orang
yang mau mengembalikan kantong sutera yang berisi permata'. Aku berkata pada
diriku, 'Aku sedang membutuhkan, aku ini sedang lapar. Aku bisa mengambil uang
dinar emas itu untuk aku manfaatkan dan mengembalikan kantong sutera ini padanya'.
Maka aku berkata pada bapak tua itu, 'Hai,
kemarilah'. Lalu aku membawanya ke rumahku. Setibanya di rumah, dia
menceritakan padaku ciri kantong sutera itu, ciri-ciri kaos kaki pengikatnya,
ciri-ciri permata dan jumlahnya berikut benang yang mengikatnya. Maka aku
mengeluarkan dan memberikan kantong itu kepadanya dan dia pun memberikan
untukku lima ratus dinar, tetapi aku tidak mau mengambilnya. Aku katakan
padanya, 'Memang seharusnya aku mengembalikannya kepadamu tanpa mengambil upah
untuk itu'. Ternyata dia bersikeras, 'Kau harus mau menerimanya', sambil
memaksaku terus-menerus. Aku tetap pada pendirianku, tak mau menerima.
Akhirnya bapak tua itu pun pergi meninggalkanku.
Adapun aku, beberapa waktu setelah kejadian itu aku keluar dari kota Makkah dan
berlayar dengan perahu. Di tengah laut, perahu tumpangan itu pecah, orang-orang
semua tenggelam dengan harta benda mereka. Tetapi aku selamat, dengan menumpang
potongan papan dari pecahan perahu itu. Untuk beberapa waktu aku tetap berada
di laut, tak tahu ke mana hendak pergi!
Akhirnya aku tiba di sebuah pulau yang berpenduduk.
Aku duduk di salah satu masjid mereka sambil membaca ayat-ayat Al-Qur'an.
Ketika mereka tahu bagaimana aku membacanya, tak seorang pun dari penduduk
pulau tersebut kecuali dia datang kepadaku dan mengatakan, 'Ajarkanlah
Al-Qur'an kepadaku'. Aku penuhi permintaan mereka. Dari mereka aku mendapat
harta yang banyak.
Di dalam masjid, aku menemukan beberapa lembar dari
mushaf, aku mengambil dan mulai membacanya. Lalu mereka bertanya, 'Kau bisa
menulis?', aku jawab, 'Ya'. Mereka berkata, 'Kalau begitu, ajarilah kami
menulis'. Mereka pun datang dengan anak-anak juga dan para remaja mereka. Aku
ajari mereka tulis-menulis. Dari itu juga aku mendapat banyak uang. Setelah itu
mereka berkata, 'Kami mempunyai seorang puteri yatim, dia mempunyai harta yang
cukup. Maukah kau menikahinya?' Aku menolak. Tetapi mereka terus mendesak,
'Tidak bisa, kau harus mau'. Akhirnya aku menuruti keinginan mereka juga.
Ketika mereka membawa anak perempuan itu kehadapanku, aku pandangi dia.
Tiba-tiba aku melihat kalung permata yang dulu pernah aku temukan di Makkah
melingkar di lehernya. Tak ada yang aku lakukan saat itu kecuali hanya terus
memperhatikan kalung permata itu.
Mereka berkata, 'Sungguh, kau telah menghancurkan
hati perempuan yatim ini. Kau hanya memperhatikan kalung itu dan tidak
memperhatikan orangnya'. Maka saya ceritakan kepada mereka kisah saya dengan
kalung tersebut. Setelah mereka tahu, mereka meneriakkan tahlil dan takbir
hingga terdengar oleh penduduk setempat. 'Ada apa dengan kalian?', kataku
bertanya. Mereka menjawab, 'Tahukah engkau, bahwa orang tua yang mengambil
kalung itu darimu saat itu adalah ayah anak perempuan ini'. Dia pernah
mengatakan, 'Aku tidak pernah mendapatkan seorang muslim di dunia ini (sebaik)
orang yang telah mengembalikan kalung ini kepadaku'.
Dia juga berdoa, 'Ya Allah, pertemukanlah aku
dengan orang itu hingga aku dapat menikahkannya dengan puteriku', dan sekarang
sudah menjadi kenyataan'. Aku mulai mengarungi kehidupan bersamanya dan kami
dikaruniai dua orang anak. Kemudian isteriku meninggal dan kalung permata
menjadi harta pusaka untukku dan untuk kedua anakku. Tetapi kedua anakku itu
meninggal juga, hingga kalung permata itu jatuh ke tanganku. Lalu aku
menjualnya seharga seratus ribu dinar. Dan harta yang kalian lihat ada padaku
sekarang ini adalah sisa dari uang 100 ribu dinar itu."
Newsletter Bulanan Kreator edisi Oktober
|
CONTOH RESUMEN JURNAL MOOC PPPK
RESUME AGENDA 1 1. Materi Wawasan Kebangsaan Pembukaan UUD 1945 sebagai dokumen yang ditempatkan di bagian depan UUD 1945, merupakan tem...
-
Kata-kata singkat yang penuh makna. Kelihatannya jika ditelaah memang manungso kang nduweni manunggaling roso itu harus tahu bagaimana cara...
-
(Siapa yang kehilangan bakal diberi, siapa yang mencuri bakal kehilangan). Filosofi itupun juga memiliki kesan yang sangat dalam pada ke...
-
PERIBAHASA-JAWA Dalam khasanah sastra Jawa dikenal apa yang dinamakan bebasan , sanepan , atau saloka . Merupakan bentuk peribahasa y...






